Kendati jarak Indonesia dengan Benua Afrika sangat jauh, namun banyak produk RI dapat dengan mudah ditemukan di beberapa negara benua hitam itu. Di antara sekian banyak produk, Indonesia sudah lama dikenal di Afrika akan budaya batik, kain sarung, dan produk mi instan.
Demikian ungkap Duta Besar Zimbabwe dan Somalia untuk Indonesia yang ditemui usai menghadiri acara peringatan 50 tahun pembentukan Uni Afrika di Wisma Antara, Jakarta, Kamis 23 Mei 2013.
Duta Besar Zimbabwe untuk Indonesia, Alice Magaze, mengungkapkan bahwa produk batik dan mi instan Indomie sangat dikenal di tanah airnya.
"Warga Zimbabwe terutama anak-anak sangat menyukai Indomie," ujar Magaze.
Menurut Magaze, saking jatuh cinta terhadap rasanya, anak-anak yang bersekolah di sekolah khusus asrama sampai menyediakan stok khusus Indomie. Dia mengatakan, warga Zimbabwe tahu Indomie buatan Indonesia, karena tertulis jelas di bungkusnya.
Sementara itu, kain batik, menurut Magaze, sudah banyak dipajang di etalase butik dan pusat perbelanjaan. "Mereka mengatakan batik buatan Indonesia sangat indah," kata Magaze.
Cerita berbeda datang dari Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow. Barow berkisah bahwa warga Somalia mengenal Indonesia melalui kain sarung.
"Kami sudah mengenal kain sarung buatan Indonesia sejak abad ke-15," kata Barow yang ditemui menggunakan peci berwarna keemasan.
Barow bahkan menyebut secara spesifik jenis kain sarung yang kerap digunkan warga negara Somalia berasal dari Betawi. Kebiasaan menggunakan sarung ini, dikatakan Barow sudah diturunkan dari ayahnya.
"Itu diturunkan secara turun-temurun. Saya sendiri sebenarnya juga ingin mencari tahu mengapa warga kami sangat menyukai kain sarung asal Betawi," imbuh Barow.
Kain sarung itu digunakan oleh warga Somalia untuk berbagai aktivitas seperti salat, pesta pernikahan, dan upacara khitan. Jumlah kain sarung yang diekspor ke Somalia, disebut Barow mencapai 75 juta per tahun.
"Karena jumlah pria Somalia yang ada di seluruh dunia mencapai 15 juta, sedangkan satu pria Somalia, biasanya memiliki sampai lima sarung," ungkap Barow.
Karena adanya kesamaan budaya ini, Barow menggagas ide untuk diadakan festival sarung di Jakarta. Ide itu pernah diungkapkannya kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, saat keduanya bertemu di kota Solo.
"Saat itu, kami berdiskusi mengenai ide kegiatan festival sarung ini. Namun, masih perlu dibicarakan lebih lanjut," kata Barow.
Selain produk makanan dan tekstil, Indonesia juga diketahui mengekspor kertas, sabun, beragam produk kimia, karet, plastik, dan furnitur. Total ekspor Indonesia ke Afrika pun tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Menurut data yang dirilis oleh Komisi Uni Afrika, nilai ekspor Indonesia ke Benua Afrika mencapai US$5,6 juta atau Rp54,6 miliar pada 2012. Beberapa perusahaan Indonesia pun diketahui telah membuka kantor cabang di beberapa negara Afrika. (art)
Sumber
Demikian ungkap Duta Besar Zimbabwe dan Somalia untuk Indonesia yang ditemui usai menghadiri acara peringatan 50 tahun pembentukan Uni Afrika di Wisma Antara, Jakarta, Kamis 23 Mei 2013.
Duta Besar Zimbabwe untuk Indonesia, Alice Magaze, mengungkapkan bahwa produk batik dan mi instan Indomie sangat dikenal di tanah airnya.
"Warga Zimbabwe terutama anak-anak sangat menyukai Indomie," ujar Magaze.
Menurut Magaze, saking jatuh cinta terhadap rasanya, anak-anak yang bersekolah di sekolah khusus asrama sampai menyediakan stok khusus Indomie. Dia mengatakan, warga Zimbabwe tahu Indomie buatan Indonesia, karena tertulis jelas di bungkusnya.
Sementara itu, kain batik, menurut Magaze, sudah banyak dipajang di etalase butik dan pusat perbelanjaan. "Mereka mengatakan batik buatan Indonesia sangat indah," kata Magaze.
Cerita berbeda datang dari Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow. Barow berkisah bahwa warga Somalia mengenal Indonesia melalui kain sarung.
"Kami sudah mengenal kain sarung buatan Indonesia sejak abad ke-15," kata Barow yang ditemui menggunakan peci berwarna keemasan.
Barow bahkan menyebut secara spesifik jenis kain sarung yang kerap digunkan warga negara Somalia berasal dari Betawi. Kebiasaan menggunakan sarung ini, dikatakan Barow sudah diturunkan dari ayahnya.
"Itu diturunkan secara turun-temurun. Saya sendiri sebenarnya juga ingin mencari tahu mengapa warga kami sangat menyukai kain sarung asal Betawi," imbuh Barow.
Kain sarung itu digunakan oleh warga Somalia untuk berbagai aktivitas seperti salat, pesta pernikahan, dan upacara khitan. Jumlah kain sarung yang diekspor ke Somalia, disebut Barow mencapai 75 juta per tahun.
"Karena jumlah pria Somalia yang ada di seluruh dunia mencapai 15 juta, sedangkan satu pria Somalia, biasanya memiliki sampai lima sarung," ungkap Barow.
Karena adanya kesamaan budaya ini, Barow menggagas ide untuk diadakan festival sarung di Jakarta. Ide itu pernah diungkapkannya kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, saat keduanya bertemu di kota Solo.
"Saat itu, kami berdiskusi mengenai ide kegiatan festival sarung ini. Namun, masih perlu dibicarakan lebih lanjut," kata Barow.
Selain produk makanan dan tekstil, Indonesia juga diketahui mengekspor kertas, sabun, beragam produk kimia, karet, plastik, dan furnitur. Total ekspor Indonesia ke Afrika pun tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Menurut data yang dirilis oleh Komisi Uni Afrika, nilai ekspor Indonesia ke Benua Afrika mencapai US$5,6 juta atau Rp54,6 miliar pada 2012. Beberapa perusahaan Indonesia pun diketahui telah membuka kantor cabang di beberapa negara Afrika. (art)
Sumber
Tag :
Unik