Hanya berselang sehari setelah kemunculan macan tutul di Desa Kuta Agung, Kecamatan Dayeuhluhur, Cilacap, pada Rabu (18/6) pagi, hewan buas tersebut kembali meneror warga Kelurahan Sekip Hilir, Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Riau. Kali ini, munculnya macan di wilayah itu menciutkan nyali warga untuk keluar rumah.
Ketakutan warga atas kedatangan macan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, kejadian ini bukan yang kali pertama melainkan sudah yang keempat kalinya. Ando (37), warga Sekip Hilir bahkan mengaku takut untuk sekedar pergi ke kebun gara-gara dalam empat hari terakhir macan-macan itu berkeliaran di dalam desanya.
"Kami melihat ada Harimau dalam empat hari ini, banyak warga yang melihat juga. Kami takut pergi ke kebun," ujar Ando.
Menurut Ando, selama empat hari terakhir banyak warga melihat jejak kaki harimau di tanah daerah mereka. "Jika dilihat harimau itu ada dua ekor, jejak kakinya besar namun warga baru melihat satu ekor dengan postur badan yang panjang dan besar," kata Ando.
Sebelumnya, Sarjono warga Desa Kuta Agung juga mengaku menemukan macan tutul yang terperangkap di kandang ayam miliknya. Saat ditemukan, ada luka di bahu macan tersebut. "Saat saya lihat, lukanya sepertinya sudah ada sebelum masuk kandang ayam," katanya.
Kadang bila kita renungkan, kedatangan macan ke pemukiman warga bisa menjadi sebuah isyarat apalagi kalau momentumnya sedang mendekati pemilihan presiden (pilpres) seperti saat ini. Lantas apa hubungannya antara macan yang turun gunung dengan pilpres?
Konon, bagi sebagian masyarakat Jawa kuno, macan atau harimau merupakan lambang keperkasaan seseorang. Maka tak heran, orang-orang yang berkuasa di daerah atau jawara zaman dulu sering mendapatkan julukan macan, misalnya Macan Kemayoran. Jauh sebelumnya, Prabu Siliwangi sang penguasa tanah Pasundan juga digambarkan bisa menjelma menjadi seekor harimau.
Berdasarkan sejarah Pasundan, ada sebuah mitos yang berkembang bahwa Prabu Siliwangi bisa menjelma menjadi harimau saat terdesak oleh musuh. Konon, dia berubah menjadi harimau ketika pergi ke Gunung Sancang sebelum akhirnya menghilang.
Tak hanya itu saja, dalam catatan yang dibuat pada zaman Belanda tahun 1687 silam juga diceritakan bahwa mitos harimau ini sangat melekat pada perjuangan Prabu Siliwangi dalam bertempur zaman dulu.
Catatan yang ditulis seorang warga Belanda itu mengungkap, bahwa sudah ada kepercayaan warga lokal bila bekas Keraton Pajajaran selalu dijaga oleh sekelompok harimau. Ada pula yang menyebutkan bahwa sekitar tanggal 28 Agustus 1687 silam pernah ada serangan harimau terhadap rombongan peneliti satwa di daerah tersebut.
Karena kelompok harimau tersebut terkesan bagaikan para penjaga (reruntuhan) Istana Pajajaran, maka kelompok harimau tersebut dianggap sebagai jelmaan para prajurit yang sangat setia terhadap Prabu Siliwangi.
Warga tanah Pasundan kuno masih percaya, bahwa Prabu Siliwangi sangat melekat dengan simbol-simbol harimau yang gagah perkasa dan ditakuti setiap musuh-musuhnya. Prabu Siliwangi ini sendiri merupakan sosok lelaki sakti gagah perkasa yang dapat menghilang. Sampai sekarang pun, kesaktian sang prabu melekat kuat menjadi cerita turun temurun warga Jawa Barat.
Bahkan, Komando Daerah Militer III/Siliwangi yang punya wilayah kekuasaan di Jawa Barat dan Banten juga memilih simbol-simbol tentang harimau dalam atribut-atribut kebesarannya. Tim sepakbola kebanggaan warga 'Kota Kembang' Persib Bandung pun, menamai stadion mereka dengan nama Stadion Siliwangi karena ingin digdaya bak Prabu Siliwangi.
Lalu apa kaitannya dengan pilpres? Semua mafhum, salah satu capres yang bakal bertarung pada pilpres 9 Juli itu kerap menyeret-nyeret nama macan, dengan slogan "Macan Asia". Bisa jadi, keluarnya macan ini berkaitan dengan slogan tersebut, sebagai tanda kemenangan atau kekalahan.
Bagaimana menurut anda?