Seorang miliuner eksentrik asal China, Chen Guangbiao, telah membuat iklan yang menghebohkan di harian New York Times. Dalam iklan itu, Chen mengundang 1.000 warga miskin Amerika Serikat untuk makan siang gratis di sebuah restoran mewah di Central Park.
Laman Dailymail, Rabu 18 Juni 2014 melansir Chen juga menjanjikan uang tunai senilai US$300 atau Rp3,6 juta bagi warga AS yang turut hadir dalam acara amal yang dia adakan. Makan siang itu rencananya akan diadakan pada tanggal 25 Juni mendatang.
Chen mengatakan tujuan dari makan siang gratis itu karena dia ingin mengubah persepsi publik dunia mengenai kaum miliuner Tiongkok. Selama ini citra yang melekat dengan kaum elite tersebut yaitu gila dan terobsesi dengan benda-benda mewah.
"Saya ingin menyebarkan pesan di AS, masih ada fil*ntropis yang baik di China dan tidak semua dari mereka gila belanja barang-barang mewah," ujar Chen kepada harian Hong Kong, South China Morning Post.
Dia pun turut mengajak sesama miliuner yang jumlahnya hanya satu persen dari penduduk China untuk membuat contoh baik. Caranya, mengikuti jejak dia dengan menjadi fil*ntropis ketimbang menghamburkan uang untuk berj*di, berbelanja barang mewah atau ke pel*cur*n.
Rencananya saat makan siang digelar di restoran mewah Central Park Boat House, Chen juga akan menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh Michael Jackson, "We Are the World".
"Saya berharap dengan menghabiskan dana untuk kegiatan semacam ini, mereka tahu tidak ada batasan ag*ma atau etn*s ketika berbuat amal," kata Chen.
Sejauh ini, sudah ada 250 warga miskin yang mendaftarkan diri untuk ikut makan siang itu. Chen sendiri telah menganggarkan dana senilai US$1 juta atau Rp12 miliar untuk program amal itu.
Dalam iklan di NYT itu, Chen turut membandingkan dirinya sendiri dengan Lei Feng, sosok yang dikagumi oleh tentara Pembebasan Rakyat China dan mengabdi ke China.
Sebelumnya, aksi Chen juga sempat mewarnai tajuk pemberitaan di AS, karena dia menawar untuk membeli harian NYT senilai US$1 miliar atau Rp12 triliun. Padahal, harian itu bernilai US$2,5 miliar atau Rp30 triliun.
Alhasil, dia mengubah tawarannya dengan berniat membeli seharga US$3 miliar atau Rp36 triliun. Namun, dia kalah.
Kendati begitu, dia tidak patah arang. Chen akan tetap berminat untuk membeli kolom opini di harian itu, sebagai bagian dari misinya untuk menyosialisasikan kegiatan amal dan lingkungan.
Chen juga disorot oleh media karena kartu namanya. Sebab, dalam kartu namanya itu, dia sesumbar dan mengaku sebagai orang yang paling dikenal dan dijadikan panutan oleh warga China. Selain itu, ahli perlindungan terhadap lingkungan di China, fil*ntrofi paling dikenal di China dan pahlawan penyelamat saat gempa bumi terjadi di China.