Dupak Bangunsari yang berada di Surabaya Utara adalah lokalisasi pertama yang ditutup Risma. Pada 21 Desember 2012, kawasan tersebut dijadikan pusat usaha produksi makanan kemasan, keset, pernik-pernik, dan jilbab tenun. Sebanyak 163 pekerja seks yang tersebar di 61 wisma dan 50 mucikari dialihprofesikan.
Selain memberikan dana kompensasi, Pemkot Surabaya juga memberikan ketrampilan. Warga yang sebelumnya menggantungkan hidup dari wisma dan karaoke kini menekuni usaha. Omzet mereka rata-rata Rp 10 juta/bulan.
Kemudian, lokalisasi Tambakasri di Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, ditutup pada 28 April 2013. Lokalisasi ini dihuni ratusan PSK dan mucikari serta tersebar di 90 wisma dan 20 kafe.
Saat itu, Risma memberikan bantuan 2 buah mesin cuci untuk usaha laundry. Kini eks PSK sudah memiliki 10 mesin cuci. Selain itu, beberapa rumah bekas wisma disewa pemkot untuk produksi jilbab tenun dan pernak-pernik.
Setelah Dupak Bangunsari dan Tambak Asri, Risma menutup 2 lokalisasi di kawasan Surabaya Barat yakni, Moroseneng dan Klakah Rejo. 2 Lokalisasi yang dihuni sekitar 350 PSK dan 90 mucikari ini ditutup 22 Desember 2013. Risma dan tokoh masyarakat menggelar pengajian sebagai simbol penutupan.
Penutupan 4 lokasi tersebut tentu saja awalnya diwarnai protes. Tapi rencana itu jalan terus. Perlahan tapi pasti, wajah eks lokalisasi berubah.
Nah, Dolly dan Jarak ditutup hari ini. Akan digelar deklarasi yang dihadiri Mensos Salim Segaf Al-jufri sebagai simbol penutupan. Agak berbeda dengan 4 lokalisasi sebelumnya, penolakan berembus lebih kencang. Wajar karena Dolly telah berurat akar. Juga karena dihuni ribuan PSK dan mucikari. Risma berani menutupnya karena didukung banyak pihak.
sumber | digali.blogspot.com
Tag :
Sosial