Tingkat militansi pemilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih besar ketimbang Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sebab, Jokowi dinilai sebagai pemimpin yang tidak amanah.
Direktur Pusat Kajian Kebijakan & Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid mengatakan, keraguan masyarakat terhadap Jokowi sebagai faktor utama rendahnya pemilih yang militan.
"Masyarakat ragu terhadap Jokowi. Sosoknya, visi misi, track record, kredibilitas, dan integritasnya,” kata Husin, ketika dihubungi, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Mesyarakat menilai Jokowi belum layak untuk memimpin Indonesia kedepan. Karena, Jokowi belum membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin Jakarta. Belum genap dua tahun menjadi gubernur, tidak ada prestasi yang ditunjukkan Jokowi.
"Masyarakat melihat Jokowi tidak memiliki karakter yang baik. Mencla-mencle, tidak komitmen, melanggar janjinya sendiri. Pemimpin yang trial and error. Kredibilitas Jokowi jatuh, integritas jatuh. Jokowi dinilai pemimpin yang tidak amanah, tidak bisa dipercaya,” terangnya.
Sebaliknya, lanjut Husin, banyak yang jatuh hati dengan sosok Prabowo-Hatta yang dinilai mampu membawa perubahan di Indonesia. Keduanya diyakini mampu menjadikan Indonesia lebih baik di segala bidang.
"Masyarakat menginginkan figur yang solutif karena sejuta permasalahan yang dihadapi Indonesia. Masyarakat membutuhkan figur yang cepat tanggap. Itu diwakili Prabowo-Hatta," tuturnya.
Husin menambahkan, Prabowo-Hatta saling melengkapi. Latar belakang Prabowo yang merupakan militer, dipercaya masyarakat mampu menjamin keamanan dan ketertiban.
"Sementara pengalaman Hatta dianggap mampu mengatasi persoalan ekonomi Indonesia. Prabowo-Hatta saling melengkapi," tegasnya.
Berdasarkan survei Puskaptis, pasangan capres-cawapres nomor urut 1 itu berpotensi merebut 14,84 % suara pemilih dari lawan politiknya. Kegagalan Jokowi memimpin Jakarta menjadi salah satu penyebab galaunya calon pemilih Jokowi.
“Elektabilitas Prabowo-Hatta 44,64%. Dari angka itu, sebesar 86,79% pemilih Prabowo tidak akan mengubah pilihannya, sisanya masih bisa berubah. Sementara, elektabilitas Jokowi-JK 42,79% dan yang tidak mengubah pilihan sebanyak 85,16%, sisanya bisa berubah pikiran,” kata Husin.
Direktur Pusat Kajian Kebijakan & Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid mengatakan, keraguan masyarakat terhadap Jokowi sebagai faktor utama rendahnya pemilih yang militan.
"Masyarakat ragu terhadap Jokowi. Sosoknya, visi misi, track record, kredibilitas, dan integritasnya,” kata Husin, ketika dihubungi, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Mesyarakat menilai Jokowi belum layak untuk memimpin Indonesia kedepan. Karena, Jokowi belum membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin Jakarta. Belum genap dua tahun menjadi gubernur, tidak ada prestasi yang ditunjukkan Jokowi.
"Masyarakat melihat Jokowi tidak memiliki karakter yang baik. Mencla-mencle, tidak komitmen, melanggar janjinya sendiri. Pemimpin yang trial and error. Kredibilitas Jokowi jatuh, integritas jatuh. Jokowi dinilai pemimpin yang tidak amanah, tidak bisa dipercaya,” terangnya.
Sebaliknya, lanjut Husin, banyak yang jatuh hati dengan sosok Prabowo-Hatta yang dinilai mampu membawa perubahan di Indonesia. Keduanya diyakini mampu menjadikan Indonesia lebih baik di segala bidang.
"Masyarakat menginginkan figur yang solutif karena sejuta permasalahan yang dihadapi Indonesia. Masyarakat membutuhkan figur yang cepat tanggap. Itu diwakili Prabowo-Hatta," tuturnya.
Husin menambahkan, Prabowo-Hatta saling melengkapi. Latar belakang Prabowo yang merupakan militer, dipercaya masyarakat mampu menjamin keamanan dan ketertiban.
"Sementara pengalaman Hatta dianggap mampu mengatasi persoalan ekonomi Indonesia. Prabowo-Hatta saling melengkapi," tegasnya.
Berdasarkan survei Puskaptis, pasangan capres-cawapres nomor urut 1 itu berpotensi merebut 14,84 % suara pemilih dari lawan politiknya. Kegagalan Jokowi memimpin Jakarta menjadi salah satu penyebab galaunya calon pemilih Jokowi.
“Elektabilitas Prabowo-Hatta 44,64%. Dari angka itu, sebesar 86,79% pemilih Prabowo tidak akan mengubah pilihannya, sisanya masih bisa berubah. Sementara, elektabilitas Jokowi-JK 42,79% dan yang tidak mengubah pilihan sebanyak 85,16%, sisanya bisa berubah pikiran,” kata Husin.
sumber | digali.blogspot.com
Tag :
Politik